Story Behind iPlant

Nama iPlant bisa dibilang sudah melekat dengan label Seller Bibit Online. Tapi tahukah kamu, dulu mereka sempat dianggap penjual ganja!
Bagaimana cerita awal pendirian iPlant sampai sebesar sekarang, dan bagaimana mereka bisa bertahan dengan persaingan Online Plant Seller (OPS) yang sekarang menjamur, baik di e-commerce maupun di social media? Simak catatan ngobrol bareng CEO dan Founder iPlant Bapak Alfiansyah dengan Co-founder PlantStory Ibu Nuniek Tirta Sari pada 22 Oktober 2020 lalu.
Kapan iPlant dimulai dan bagaimana memulainya?
iPlant adalah online plant seller yang berdomisili di Batu – Jawa Timur. Kota Batu dikenal sebagai sentral bibit tanaman. Dulu, harga per bibit tanaman hanya berkisar 2-3 ribu rupiah.
Awalnya, saya bekerja sebagai programmer di kebunbibit.id. Saat itu, kebunbibit.id adalah salah satu penjual bibit online terbesar di Indonesia. Selain kebunbibit.id, dulu ada juga tanamanhias.net sebagai penjual bibit bunga, yang awalnya dropship kebunbibit.id. Tapi saat ini kebunbibit.id sudah bubar, karena ada masalah pada keuangan dan foundernya. Tapi sampai sekarang hubungan saya dengan founder kebunbibit.id ini masih baik, masih sering kontak dan kadang saya main ke sana juga.
Apakah ada kendala dalam menjalankan iPlant?

Iya, dulu iPlant sempat vakum dan saya sempat mencari pekerjaan lagi. Waktu itu vakum sekitar 1 tahun karena saya diterima kerja di perusahaan ekspor tanaman, yang mana akhirnya dapat pengalaman tentang ekspor tanaman.
Pada bulan Mei 2019, baru mulai serius kembali mengelola iPlant lagi tanpa modal, tapi justru bisa growth dan profit. Dan setelah dipelajari, apa yang membuat iPlant bisa growth adalah:
- Mindset yang berbeda.
- Mulai dari instagram, dengan modal 4.000 followers dari akun @iplant.shop
- Semua dikerjakan sendiri, dengan omzet awal 5-7 juta per bulan.
Hingga pada Oktober 2019, iPlant mengalami kenaikan yang signifikan karena adanya teman yang gabung, bahkan naiknya bisa 3x lipat.
Apa kendala utama dalam usaha bibit/tanaman online?

Dulu kami sempat dianggap penjual ganja! Karena belum ada pengiriman tanaman dalam bentuk kotak seperti itu. Dulu tahunya untuk pengiriman penjualan tanaman hanya dilakukan menggunakan mobil saja. Selain itu, ada masalah juga dengan ekspedisi. Awal pengiriman tanaman menggunakan ekspedisi, untuk jenis barang tidak pernah ditulis sebagai tanaman, tapi ditulis aksesoris. Karena jika ditulis sebagai tanaman, maka paket tidak akan diterima oleh ekspedisi. Hal ini dikarenakan pada saat itu belum banyak yang tahu bahwa tanaman bisa dikirim melalui ekspedisi.
Dalam prosesnya untuk meyakinkan pihak ekspedisi, kami mendatangkan tim ekspedisi (JNE) pusat untuk datang ke kantor dan memperlihatkan bagaimana kita melakukan packing sehingga tanaman akan tetap aman walaupun dikirim via ekspedisi. Setelah itu, baru mereka bisa menerima paket berisi tanaman.
Kemudian, bagaimana akhirnya bisa membangun iPlant?
iPlant awalnya adalah startup yang tidak direncanakan. Saya tidak pernah berpikir menjadi kompetitor kebunbibit.id. Awalnya saya dipecat dari kebunbibit.id juga dengan asumsi bahwa saya ingin membuat bisnis sejenis. Padahal tidak sama sekali.
Setelah dipecat, saya melamar pekerjaan sebagai marketing di sebuah perusahaan percetakan, dan saya diterima. Tapi saat itu atasan saya belum tahu saya nanti kerjanya apa. Karena apa yang saya tulis di CV juga beliau tidak tahu, tapi beliau tertarik. Seminggu kemudian ditelepon kalau beliau ada kafe, dan saya diminta mengurus digital marketing.
Tapi karena di kafe belum banyak kerjaan, atasan saya menyuruh saya untuk membuat usaha seperti company dimana saya bekerja sebelumnya dan saya disandingkan dengan satu orang kepercayaan beliau. Usaha ini dimulai tahun 2016, tapi waktu itu namanya belum iPlant melainkan Bibit Kota Batu. Kemudian rebranding menjadi iPlant pada bulan November 2016.
Kira-kira apa penyebab kenaikan harga tanaman?

Awal pandemi itu sempat tidak ada yang pick up tanaman, jadi dari petani produksinya dikurangi. Tapi begitu mulai PSBB, malah jadi banyak yang pickup tanaman, akibatnya stok jadi kosong semua. Jadi sekarang harga naik, dan yang ngawur lagi, kenaikan harga ini tidak hanya terjadi pada penjual tapi juga di petani. Misalnya kita beli di petani, hari ini kita beli 50.000, besok datang lagi harganya bisa 100.000. Kalau dulu tahun 2016 harga tanaman itu masih sangat murah, misalnya Monstera Variegata itu harganya hanya 7000-an di sini.
Seberapa besar tim iPlant?
Sekarang timnya ada 11 orang di iPlant
- Customer Service: 2 orang, dibagi menjadi 2 shift sampai jam 22.00, dan mereka handle social media juga.
- Digital marketing, termasuk saya dan teman yang bergabung dengan iPlant di bulan Oktober 2019.
- Accounting
- Packing
- Bagian lapangan
- Anak magang dari SMK: kita terima magang anak jaringan dengan motivasi yang penting dapat uang, dan dari guru juga mengijinkan selama kita bisa sharing ilmu.
Growth-nya karena apa?
Marketnya masih besar sekali, pencapaian iPlant sekarang belum separuh dari pencapaian kebunbibit.id tahun 2015 dulu. Cuma sekarang pasarnya sudah tidak sehat lagi, bisa dicek sendiri di ecommerce persaingan harganya sudah tidak sehat.
Kalau soal keamanan bagaimana?
Iya, sekarang banyak maling tanaman, dan itu terjadi juga di petani. Mawar pun bisa hilang di petani, tidak hanya tanaman yang mahal. Padahal kalau di sini tempatnya ditutup, kecuali di area persawahan. Kalau pelakunya, biasanya yang bawa mobil.
Dari segi management, apa saja kendalanya?

Masih banyak anak millenial bahkan anak usia 15 tahun yang harus kerja karena masalah financial. Kalau di iplant, gimana cara kompak. Karena kalau mau bikin happy customer, timnya harus happy dulu. Kita sudah pakai scrum juga, tapi tidak yang IT (teknologi) banget.
Untuk pengiriman tanaman, menggunakan ekspedisi apa saja?

Pengiriman menggunakan J&T dan JNE. Karena pengiriman di daerah beda-beda, dan sejauh ini yang terdekat di Batu adalah JNE dan J&T. Dan iya, ekspedisi juga memang perlu edukasi, karena dari ekspedisi belum paham tentang pengiriman tanaman. Apalagi sekarang dengan banyaknya paket tanaman. Di kecamatan saya aja, satu kecamatan bisa ribuan tanaman yang dikirim per hari. Kalau tidak diambil kan sayang.
Kalau di website sendiri shippingnya sudah integrated, website masih pakai pihak ketiga, belum build sendiri. Cost per bulan sekitar ratusan ribu, belum sampai jutaan. Dulu di kebun bibit pakai prestashop.
Untuk channel penjualan iPlant paling besar dari mana?

- 40% dari website.
- 60% WhatsApp dan DM Instagram.
Sepertinya masih budaya orang Indonesia, harga sudah tertera pun masih suka nanya harganya, hahaha.
Kapan target iPlant bisa setara dengan kebunbibit.id ?

Targetnya di tahun 2021. Di tahun 2021 nanti paling tidak iPlant sudah setara dengan kebun bibit dulu, karena marketnya sekarang bukan hanya pecinta tanaman. Sekarang itu banyak yang beli adalah orang-orang yang belum pernah menanam sebelumnya. Makanya kita beri konsultasi gratis dan tips. Karena masalahnya sebenarnya lucu-lucu, misalnya tanaman yang baru datang sudah langsung diberi pupuk. Atau ada pula yang menanam, tapi plastik wrapnya tidak dibongkar lagi, jadi tanamannya tidak bisa tumbuh.
Kalau iPlant sendiri marketnya adalah kalangan menengah ke atas, jadi jarang ada kalau masalah seperti itu. Tapi hasil sharing dengan teman-teman yang marketnya menengah ke bawah, pengalamannya banyak yang seperti itu begitu. Kendalanya sendiri kalau sekarang adalah kebutuhan tanaman meningkat, jadi mulai sulit. Padahal tanaman yang iplant jual bukan tanaman yang jarang/rare plant, tapi lebih ke tanaman yang banyak di petani seperti mawar.
Pertanyaan terakhir, dengan begitu banyaknya plant seller saat ini, apa sebenarnya kelemahan yang paling terlihat dan seharusnya masih bisa dimaksimalkan lagi?
Kalau di bisnis bibit tanaman sendiri, teman-teman masih kurang mau serius menggarap bisnis ini. Sekarang dari begitu banyak seller baru, banyak dari mereka adalah dropshiper, bukan pelaku langsung seperti kita. Yang ramai dari situ. Jadi kita kadang kalah sama yang dropshipper yang jago marketing. Kelemahan dari dropship ini adalah begitu mereka dapat vendor yang lebih murah, vendor lama langsung di cut dan ganti ke vendor yang lebih murah.

Demikian cerita perjalanan iPlant yang ternyata banyak up & down-nya ya. Berasal dari ide yang tida direncanakan sempat vakum, akhirnya mulai lagi dan bisa tumbuh sampai sebesar sekarang.
Kamu punya cerita menarik juga tentang perjalanan kamu membangun OPS kamu saat ini? Yuk share di kolom komen. Silakan share juga cerita ini di social media, mention @plantstorycom dan juga @iplant.id ya agar bisa kami repost!
0 Comments